Iklan Rokok Mengepung Palopo

palopo1

Jika anda termasuk pa’dekker yang juga suka ngukur-ngukur jalanan (baca: suka jalan-jalan) di Palopo, pasti anda tidak sulit melihat sejumlah papan iklan rokok di pinggir-pinggir jalan atapun di tengah-tengah jalan-jalan protokol di Palopo. Bentuknya macam-macam, baik itu reklame raksasa yang melintas di atas jalan, reklame sederhana di atas pos-pos polisi, neon box yang begitu apik sepanjang jalan, spanduk-spanduk kegiatan yang seakan menyaingi spanduk-spanduk caleg dan capres, hingga poster-poster sederhana di depan ruko-ruko bergaya minimalis yang jumlahnya makin banyak saja di Palopo.

Iklan rokok tersebut memang ada dimana-mana. Di perempatan jalan, di Pusat Niaga Palopo, di Pasar Andi Tadda, kios-kios nasi kuning, warung-warung Kopi, atau bahkan di dekker anda sendiri. Tidak itu saja, promosi dan sponsor rokok hadir di hampir seluruh event-event yang digelar di kota ini, baik itu olahraga, konser musik, pentas seni, sampai party-party yang ndak jelas manfaatnya di tempat-tempat hiburan malam di Palopo. Apakah anda, dan kita semua tidak sadar telah terkepung oleh iklan rokok di Kota yang katanya Kota Sehat ini?

Strategi Pemasaran

Jalan-jalan kita memang telah berubah menjadi medan tempur ketangguhan para marketer rokok dalam meraih simpati targetnya. Kapitalisasi jalanan ini, secara tidak sadar sebenarnya telah menggiring Baca lebih lanjut

Kelompok Ilmiah Remaja: Qualistyle Sekolah Unggulan

Beberapa waktu lalu, dalam sebuah blogwalking, tanpa sadar saya mengunjungi http://hasrilpmp.wordpress.com , blog milik seorang guru saya. Seketika, saya teringat kembali tentang pengalaman mengikuti kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja bersamanya. Mengesankan sekali, dan sedikit banyak hal itulah yang menginspirasi saya untuk menjadi seorang ilmuwan, atau paling kurang menjadi trainer penulisan karya ilmiah, seperti guru saya itu. Profesi yang kedua sempat sih, tapi cuma hampir tiga bulan. Yah, menjadi trainer buat adik-adik kelas waktu SMA, hehehe.

Masa-masa SMP dan SMA memang belum terlalu diorientasikan untuk melakukan penelitian. Masa tersebut, oleh program pendidikan nasional kita (kecuali sekolah kejuruan), baru difokuskan untuk meletakkan fondasi teoritis dari disiplin-disiplin ilmu. Olehnya itu, penelitian di tingkat SMP dan SMA diistilahkan sebagai penelitian ilmiah remaja. Oleh karena sifatnya masih ‘amatiran’, maka ada banyak sisi-sisi fun yang diselipkan di dalamnya. Baca lebih lanjut