‘Mandi Kucing’ di Trans7

‘Mandi Kucing’ di Trans7

Episode Memoar KKLP STIE Muhammadiyah Palopo

Jangan NL (negative loading) dulu! Itu tema acara Empat Mata waktu kami on air di Trans7. Saya sempat was-was, soalnya adikku yang masih kelas lima SD, sudah saya SMS supaya bela-belain nonton acaranya tukul malam itu. Waduh… mudahan ndak NL juga seperti anda!

Habis acara, cheer leader (CL) ­-nya bilang: “Anda adalah peserta terheboh di Empat Mata, thank you!” Ah, masa’ sih? Teman-teman lain tersanjung, malah dibahas sampai di bus. Tapi menurut saya sih, itu hanya bentuk apresisasi CL-nya saja sama penonton, yang sudah bantuin teriak-teriak dan heboh-hebohan malam itu. Tapi apapun itu, saya tetap appreciate.

Waktu di tempat ini, saya baru nyadar, ternyata Trans Corporation itu kelompoknya Mega Group yah? Baru tahu saya… Yang menarik perhatian saya sebenarnya adalah karyawannya. Di mana-mana anak muda. Saya sempat berpikir, bagaimana kalau birokrat kita sebagian besar anak muda? Enerjik, idealis, kreatif dan komunikatif. Asyik bukan? Paling tidak, anggapan tentang PNS itu gak kreatif lah, gak bias berinovasi lah, dan ndak bisa diandalkan lah, bisa dinegasikan jek! Ya kan, ya kan, ya kan…?

Error People

Error People

Episode Memoar KKLP STIE Muhammadiyah Palopo

Beberapa waktu lalu, sebelum saya memutuskan ikut keliling Jawa-Bali, saya sempat ngobrol dengan seorang kawan, namanya Randi. Si Randi tahun lalu sudah ikut program KKLP, namun dia milih yang program tidak jalan-jalan (stay di Palopo). Saya sengaja memang menggali informasi dari beliau tentang kegiatan-kegiatan selama KKLP. Setelah cerita kami sudah sampai di ujung, kesimpulannya, dia menyarankan saya untuk lebih baik ikut program yang jalan-jalan. Saya tidak tahu, alas an utamanya. Mungkin karena dia rasa melelahkan di Palopo, makanya dia menyarankan saya untuk ikut program keliling-keliling itu saja, ketimbang stay di Palopo.

Satu hal yang masih saya ingat dari ngorbrol-ngobrol dengan Randi hari itu. Dia bilang: “Disini mi dilihat karakter sebenarnya teman-teman”. Dan hari ini saudara 😀 , dengan bangga saya membenarkan kata-kata rekan saya itu! Selama perjalanan, karakter-karakter itu betul-benar keluar. Tidak dibuat-buat, alami dan natural (alami-natural sama arti kale…). Makanya, saya sebut gado-gado karakter. Semua teramu jadi satu, namun perjalanan asyik-asyik aja tuh!

Ini hanya pendapat pribadi saya saja. Jangan tersinggung bagi yang namanya masuk daftar hitamku berikut ini. Tapi kayaknya, teman-teman yang ikut KKLP 98% ndak sering (atau malah ndak pernah) menjelajah di dunia maya deh J Jadi tak apalah saya sebut nama disini. Hitung-hitung kata dosen Al Islam-ku: issengngi alemu! Nih black list-nya (banyakan dari cowok saja, soalnya cewek-ceweknya agak tidak kelihatan karakternya, karena beda tempat, ya kan…):

Tipikal Mahasiswa Burenk, Ciri-cirinya mungkin seperti ini: kemana-mana nyatet, pulpen dan buku benda paling wajib dibawa. Jangan heran kalau jurnalnya paling lengkap. Tipe ini pantaslah disandang oleh Mr Rm, sang sekretaris angkatan XIV.

Tipikal Jago Protes, ciri-cirinya seperti ini: semua kekurangan panitia dicalla (tapi ngungkapinnya kepada sesama peserta). Makhuk seperti ini sebenarnya bagus, dia juga memberi solusi terhadap masalah. Jadi ndak negative-negatif amat. Orangnya, hmm… mungkin Si Mn.

Tipikal Superman, cirri-cirinya seperti ini: selalu ‘tampil’, ngatur-ngatur atau sok ngatur, sering teriak-teriak sambil matut megaphone, alhasil menjadikan rombongan pusat perhatian orang-orang, seperti Superman saja yang lagi menyelamatkan anak kecil yang hampir jatuh dari lantai 80, semua mata tertuju padanya! Tak salah mungkin saya tulis nama si Tf untuk tipikal ini.

Tipikal Kapujiang, ciri-cirinya: Baca lebih lanjut

KM Tidar: Dari Sunset sampai Mie Celup

KM Tidar: Dari Sunset sampai Mie Celup

Episode Memoar KKLP STIE Muhammadiyah Palopo

Perlahan tapi pasti, sebuah kapal berukuran kecil membuat KM Tidar sore itu beranjak dari dermaga. Sirine isyarat keberangkatan, yang teman-teman bilang miskol canno’ 😀 sedari tadi berbunyi. Pelayaran dimulai jek! Mudahan mengasyikkan…

Ini kali kedua saya numpang Tidar, Makassar-Surabaya. Jam di ponsel menunjukkan pukul lima sore waktu Makassar. Huruf-huruf Port of Makassar, yang tertulis di kantor Pelindo, satu per satu menyatu, kabur, lalu hilang. Waktunya menikmati sunset Selat Makassar.

Karya Rekan Rahmat Amin

Karya Rekan Rahmat Amin

Sebenarnya tidak ada yang terlalu menarik waktu di kapal. Paling sunset saja. Lihat fotonya, indah bukan? Fotonya dari kamera ponsel rekan Rahmat Amin. Waktu itu, dia hampir men-delete musabab dianggap gak terlalu artistik karena ‘buntut’ kapal yang ada lampu-lampu itu ikut masuk. Untung saya sempat meminta dikirimkan, makanya anda bisa menikmati sunset-nya pula! Tapi menurut saya artistic begete…

Sore Hari Antara Makassar-Surabaya

Sore Hari Antara Makassar-Surabaya

Seingat-ingatku, pengalaman menarik memang tidak ada, tapi yang unik waktu di kapal mungkin cuma kejadian-kejadian ini:

Pertama, Baca lebih lanjut

Wisma Sawerigading

Wisma Sawerigading

Episode Memoar KKLP STIE Muhammadiyah Palopo

Saya sadar, saya termasuk golongan penganut primordialisme. Sebuah lukisan Sultan Hasanuddin saja sontak membangkitkan rasa patriotismeku malam itu. Si Hasanuddin adalah orang Bugis-Makassar, jadi tampaknya lukisan ini berhasil saya maknai dengan baik. Paling tidak, maknanya adalah terus berjuang dan ingat kampungmu! Ingat kampung, bukankah itu sikap primordial?

Hasanuddin di Ruang Nonton Wisar

Hasanuddin di Ruang Nonton Wisar

Kalau lukisan itu terpasang hanya di dalam kelas belajar sekolah (seperti umumnya ruang-ruang kelasku waktu SD sampe SMA), mungkin saya tidak begitu ‘tallajju’. Tetapi ini beda, saya menemukannya di sebuah asrama mahasiswa. Yah, Asrama Mahasiswa Provinsi Sulawesi Selatan Wisma Sawerigading, Yogyakarta.

Wisma Sawerigading

Ini sebenarnya cerita pengalamanku waktu nginap di Wisar, 8-12 Agustus 2008. Kisahnyanya diawali ketika 😀 saya ikut KKLP Angkatan XIV STIE Muhammadiyah Palopo, yang mungkin lebih tepatnya disebut study banding, study wisata dan study belanja, hehehe 😀 Rombongan nginap di Wisar. Mungkin karena murah (atau gratis malah). Tapi kayaknya tidak gratis deh. Di Jawa-Bali mana ada yang gratis? BAK dan BAB saja bayar, apalagi nginap! Kata teman-teman: “Tinggal kentut dan udara bebas saja yang gak kena charge!”. Masa’ sih? Gak gitu-gitu amat kali… 🙂

Wisma Sawerigading (Wisar) berlokasi di Jalan Sultan Agung No 18, Yogyakarta. Kalau dari Pakualaman, Wisar di sebelah kiri. Sebelum dapat pertigaan Bioskop Permata, ada Gedung Baca lebih lanjut

Dasar-Dasar Ilmu

1. Pendahuluan

Secara khusus, manusia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan makhluk atau benda mati lain di bumi ini. Manusia adalah makhluk berfikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo feber), manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo sasious) dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus) serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious); sedangkan binatang memiliki daya fikir terbatas dan benda mati (anorganis) cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.

Keunggulan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab makin menjulang oleh ketekunannya memantau berbagai gejala dan peristiwa seantero alamnya. Konsekuensinya, manusia tidak lagi menemukan kenyataan sebagai sesuatu yang selesai, melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai kemungkinan. Bagi manusia, setiap kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi manusia terhadap kenyataan yang detemuinya sebagai pembuka berbagai kemungkinan itu merupakan kemampuannya yang paling mendasari perkembangan pengetahuannya. Tentu saja tiap pengalaman meninggalkan jejak berupa pengetahuan (knowledge). Pada manusia himpunan pengetahuan tersebut tidak pernah selesai dan memungkinkan adanya penjelajahan lebih lanjut. Penjelejahan yang tak kunjung berakhir inilah yang kemudian meningkatkan pengetahuan manusia sampai pada perwujudannya sebagai ilmu (science).

Penguasaan ilmu tidak lagi menjadikan manusia sekadar makhluk yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa pilihan. Sebaliknya, penguasaan ilmu menjadikan manusia sanggup melakukan rekayasa terhadap alamnya demi kepentingan hidupnya. Kepentingan itu bukan hanya terkait pada kebutuhan (needs) untuk bertahan hidup, melainkan juga untuk mencapai berbagai keinginan (wants) yang nyaris tanpa batas. Baca lebih lanjut